Viral Sopir Pikap Dipukuli Sekuriti di Istora GBK Usai Konser

Viral Sopir Pikap – Jakarta kembali diguncang oleh insiden yang menyayat logika. Di tengah kemeriahan konser di Istora Gelora Bung Karno (GBK), sebuah aksi kekerasan justru mencuri perhatian publik. Seorang sopir pikap yang hendak menjemput barang usai acara justru menjadi korban amukan beberapa petugas sekuriti. Tak hanya satu pukulan, tapi hujan bogem mentah mendarat di tubuh pria itu, membuat netizen mengernyitkan dahi: Apakah ini prosedur pengamanan yang di benarkan?

Video berdurasi kurang dari satu menit itu langsung menyebar di media sosial, dari Twitter (X) hingga Instagram. Dalam rekaman tersebut, sopir terlihat berusaha menjelaskan sesuatu, namun justru di seret dan di keroyok oleh beberapa pria berseragam hitam. Suara jeritan penonton yang merekam kejadian mempertegas betapa tidak layaknya aksi ini terjadi di ruang publik, apalagi di kompleks olahraga nasional yang mestinya jadi contoh ketertiban.


Kronologi: Dari Usai Konser Menuju Kekacauan

Peristiwa bermula sekitar pukul 23.00 WIB, tepat setelah ribuan penonton mulai meninggalkan area Istora GBK usai konser musik besar dari artis papan atas. Sopir pikap, yang di ketahui membawa logistik perlengkapan vendor, sedang menunggu giliran masuk untuk memuat peralatan.

Namun, menurut saksi mata, sopir tersebut di duga memarkirkan kendaraan mahjong slot terlalu dekat dengan jalur pedestrian. Petugas sekuriti yang berjaga tampak memberi peringatan. Belum sempat perdebatan selesai, nada tinggi muncul, di ikuti dengan dorongan, lalu pemukulan brutal.

Beberapa orang berusaha melerai, tapi jumlah sekuriti lebih banyak. Sang sopir tak bisa melawan. Dalam waktu singkat, wajahnya terlihat memar, dan bajunya compang-camping akibat tarik-menarik. Polisi yang berada di lokasi baru turun tangan setelah keributan ramai di teriakkan.


Tanggapan Netizen: GBK Dikecam, Sekuriti Disorot

Reaksi publik datang secepat video menyebar. Hashtag #KekerasanDiGBK menduduki trending topic nasional. Ribuan netizen mengecam keras tindakan aparat keamanan non-polisi tersebut. “Sekuriti bukan preman! Ini pelatihan atau geng jalanan?” tulis salah satu pengguna X dengan nada geram.

Beberapa selebritas yang menghadiri konser pun ikut angkat suara. Salah satu penyanyi bahkan menyebut bahwa pihak penyelenggara harus bertanggung jawab penuh atas insiden yang mempermalukan momen hiburan nasional ini.

Tidak sedikit pula yang mempertanyakan kinerja pengelola GBK. Bagaimana bisa tindakan sekuriti di biarkan melampaui batas hingga melakukan kekerasan fisik di area publik? Apakah tidak ada SOP yang mengatur penanganan konflik kecil di lapangan?


Pihak GBK dan Kepolisian Diminta Bertindak Tegas

Menanggapi kegaduhan publik, pihak pengelola kawasan Gelora Bung Karno akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi. Dalam rilis singkat, mereka menyebutkan bahwa “tindakan oknum sekuriti tersebut tidak mencerminkan nilai dan standar pelayanan GBK.” Mereka berjanji akan menindaklanjuti dan memberikan sanksi jika di temukan pelanggaran etika atau hukum.

Namun masyarakat tak puas hanya dengan janji. Organisasi masyarakat sipil mendesak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini, termasuk memeriksa rekaman CCTV, mewawancarai saksi, dan mengaudit perusahaan outsourcing yang menyediakan tenaga sekuriti tersebut.

Korban pun di kabarkan sudah melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Tanah Abang, di dampingi oleh kuasa hukum dan keluarganya. Mereka menuntut keadilan, serta permintaan maaf terbuka dari pihak penyelenggara dan pengelola area Istora GBK.


Panggung Hiburan Berubah Jadi Ajang Kekerasan

Insiden ini menjadi pengingat keras bahwa euforia hiburan bisa seketika berubah menjadi mimpi buruk, jika pengamanan dilakukan tanpa empati dan pelatihan yang memadai. Ketika petugas keamanan mulai merasa berkuasa tanpa kendali, publiklah yang akhirnya jadi korban.

Konser seharusnya menjadi ruang pelarian dari tekanan hidup, bukan malah memunculkan trauma baru. Namun, realitas di GBK malam itu berkata lain—dan menyisakan pertanyaan besar soal profesionalisme, hak sipil, dan marwah ruang publik di negeri ini.